live cycle

live cycle
Tampilkan postingan dengan label Ngudarasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ngudarasa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Juni 2011

KOIN

Ting…ting…ting….ting…terdengar suara mangkok yang dipukul berulang-ulang oleh seorang penjual bubur keliling  yang melintas di depan rumah. Suara itu telah mencuri perhatian anakku yang sedang asyik menonton film kartun di pagi itu. Tukang bubur itu memang tukang bubur langganan anakku yang lewat setiap hari lewat depan rumah. Setiap kali mendengar suara itu, anakku langsung berlari menghampiri dan memanggil  si penjual bubur.  Aku kemudian mengikutinya sambil membawa mangkok untuk tempat bubur. Suatu hari setelah selesai dilayani aku sodorkan lembaran kertas limaribuan untuk membayar bubur. Beberapa saat kemudian penjual bubur itu memberi uang kembalian sambil berkata, “pangapunten mas, susukke receh, niki wonten sing kertas ning elek”. (maaf kembaliannya receh, ini ada yang kertas tapi jelek). Penjual itu memberikan lima keping koin kepadaku.  Sayapun kemudian menerima koin itu lalu memasukkannya ke dalam saku celanaku.           

Minggu, 06 Maret 2011

Arti Sebuah Nama


Seringkali kita mendengar jargon “apalah artinya sebuah nama”. Bagi sebagian orang, nama memang dianggap tidak perlu dikenal karena seringkali orang merasa tidak penting untuk  menunjukkan nama. Bagi orang jawa menunjukkan nama mungkin akan dianggap sombong.  Namun ada juga anggapan bahwa nama merupakan doa dan harapan. Nama yang diberikan untuk anaknya selalu disertai harapan tertentu. Orang jawa memberi nama anaknya kuatno, agar anaknya menjadi orang yang kuat, Slamet, agar anaknya selalu selamat. Pemberian nama itu akan dilakukan setelah 5 hari kelahiran si anak atau dalam hitungan jawa disebut sepasar. peberian nama disertai berbagai uborampe sebagai pelengkap acara pemberian nama. Bubur merah dan bubur putih tidak boleh ketinggalan.

Jumat, 14 Januari 2011

Aku dan Sepeda

Samar-samar masih teringat dalam ingatan ku tentang sepeda pertama yang aku miliki. Entah berapa umurku saat itu. Tetapi seingatku saat itu belum mulai sekolah. Sepeda roda tiga yang kumiliki warnanya merah, bagian ayng aku ingat betul dari sepedaku adalah rumbai-rumbai di ujung setang kiri dan kanan. Aku senang sekali dengan rumbai-rumbai itu. Sepeda itu aku dapatkan setelah aku mengalami panas beberapa hari. Memang aku sering lebih dahulu mengalami demam beberapa hari, jika menginginkan sesuatu. Biasanya orang tuaku lelu menanyakan apa kainginanku. Kalau sudah ditanya barulah aku berani menyampaikan apa keinginanku. Termasuk sepeda itu. Suatu hari aku berangkat ke jakarta dengan ibu. Aku duduk di kursi paling depan dengan bus Muncul yang selalu menjadi langganan keluargaku untuk pergi ke Jakarta. Di suatu terminal bus yang aku naiki berhenti disepan sebuah toko. Dari tempat aku duduk terlihat sesuatu dari kaleng berbentuk bulat tergantung di toko itu. Aku tidak mengerti apa sebetulnya barang itu. Yang menarik perhatianku hanyalah rantai yang tergantung pada kaleng itu. Sesampainya di rumah, aku langsung demam hingga beberapa hari. Karena sudah hapal dengan kebiasaanku, orang tuaku menanyakan apa yang aku inginkan. Akupun menyampaikan kalau aku pingin sesuatu yang aku lihat di sebuah kios saat bus berhenti dalam perjalanan dari jakarta. Tentu saja ibuku kebingungan apa yang aku inginkan. Akhirnya ibuku mengetahui bahwa yang aku inginkan adalah roti kaleng regal berbentuk bulat, dan ada gantungan rantainya. Akhirnya kakakku membelikan barang yang kumaksudkan itu. Setelah aku mendapatkan barang itu tentu saja aku tidak tertaring dengan isinya, karena yang aku inginkan hanyalah rantainya saja. Alhasil dari roti yang dibeli hanya rantainya yang aku ambil dan aku pakai untuk mainan. Dan aku langsung sembuh. Itu hanya salah satu kebiasaan yang kuingat pada masa kecil.