live cycle

live cycle

Minggu, 23 Oktober 2011

Jumat, 26 Agustus 2011

Riwayat Tokoh dan Jejak-Jejak Karya II

Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi II. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Terbitnya buku Sejarah Teori Antropologi II karya Koentjaraningrat merupakan kelanjutan dari buku Sejarah Teori Antropologi I. Jika pada buku pertama ditujukan untuk memberikan pemahaman terhadap perkembangan teori-teori besar dalam antropologi yang berkembang di dunia maka buku yang kedua ini lebih ditujukan untuk memberikan gambaran kepada pembaca terhadap cakupan-cakupan studi dalam disiplin antropologi. Dalam buku ini Koentjaraningrat membagi bukunya ke dalam enam bab yaitu (1) Antropologi dan penelitian komparatif; (2) konsepsi-konsepsi antropologi psikologi; (3) konsepsi-konsepsi mengenai perubahan dan inovasi; (4) Kebudayaan, folk, komuniti, jaringan kerabat, dan jaringan sosial; (5) cabang-cabang spesialisasi dalam antropologi; (6) antropologi terapan dan antropologi pembangunan. Rangkaian materi yang dipaparkan oleh Koentjaraningrat tentu dapat kit abaca sebagai upayanya sebagai seorang pelopor dalam mengembangkan untuk memberikan dasar melalui bentuk-bentuk kajian antropologi yang sudah berkembang guna melihat persoalan-persoalan yang terkait dengan pembangunan. Tentunya dalam konteks keanekaragaman kebudayaan di Indonesia.

Riwayat Tokoh dan Jejak-Jejak Karya I

Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori Antropologi I. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Membaca buku Sejarah Teori Antropologi I menjadi penyegaran kembali bagi saya untuk melihat kembali teori-teori besar yang berkembang dalam Antropologi. Buku karya Koentjaraningrat ini ditulis dengan semangat untuk memberikan pemahaman yang memadai bagi ilmuwan sosial di Indonesia yang umumnya lemah dalam hal penguasaan teori ilmu sosial, khususnya antropologi.

Dua bab di bagian awal buku Sejarah Teori Antropologi I ini memaparkan tentang latarbelakang munculnya antropologi pada awal abad ke 19. Tulisan-tulisan tentang catatan para penjelajah dunia (penganjur agama nasrani, pegawai pemerintah jajahan, peneliti ilmu bumi) sejak abad ke 15 yang berisi tentang adat-istiadat bangsa Afrika, Asia, Oseania, dan penduduk asli Amerika ssangat menarik perhatian banyak kalangan karena berkisah tentang hal-hal yang aneh di mata orang eropa. Tulisan-tulisan tersebut memberikan informasi tentang adanya adanya perbedaan fisik dan tatakehidupan manusia khususnya yang berada di luar Eropa. 

Jumat, 17 Juni 2011

KOIN

Ting…ting…ting….ting…terdengar suara mangkok yang dipukul berulang-ulang oleh seorang penjual bubur keliling  yang melintas di depan rumah. Suara itu telah mencuri perhatian anakku yang sedang asyik menonton film kartun di pagi itu. Tukang bubur itu memang tukang bubur langganan anakku yang lewat setiap hari lewat depan rumah. Setiap kali mendengar suara itu, anakku langsung berlari menghampiri dan memanggil  si penjual bubur.  Aku kemudian mengikutinya sambil membawa mangkok untuk tempat bubur. Suatu hari setelah selesai dilayani aku sodorkan lembaran kertas limaribuan untuk membayar bubur. Beberapa saat kemudian penjual bubur itu memberi uang kembalian sambil berkata, “pangapunten mas, susukke receh, niki wonten sing kertas ning elek”. (maaf kembaliannya receh, ini ada yang kertas tapi jelek). Penjual itu memberikan lima keping koin kepadaku.  Sayapun kemudian menerima koin itu lalu memasukkannya ke dalam saku celanaku.           

Minggu, 06 Maret 2011

Arti Sebuah Nama


Seringkali kita mendengar jargon “apalah artinya sebuah nama”. Bagi sebagian orang, nama memang dianggap tidak perlu dikenal karena seringkali orang merasa tidak penting untuk  menunjukkan nama. Bagi orang jawa menunjukkan nama mungkin akan dianggap sombong.  Namun ada juga anggapan bahwa nama merupakan doa dan harapan. Nama yang diberikan untuk anaknya selalu disertai harapan tertentu. Orang jawa memberi nama anaknya kuatno, agar anaknya menjadi orang yang kuat, Slamet, agar anaknya selalu selamat. Pemberian nama itu akan dilakukan setelah 5 hari kelahiran si anak atau dalam hitungan jawa disebut sepasar. peberian nama disertai berbagai uborampe sebagai pelengkap acara pemberian nama. Bubur merah dan bubur putih tidak boleh ketinggalan.

Jumat, 14 Januari 2011

Aku dan Sepeda

Samar-samar masih teringat dalam ingatan ku tentang sepeda pertama yang aku miliki. Entah berapa umurku saat itu. Tetapi seingatku saat itu belum mulai sekolah. Sepeda roda tiga yang kumiliki warnanya merah, bagian ayng aku ingat betul dari sepedaku adalah rumbai-rumbai di ujung setang kiri dan kanan. Aku senang sekali dengan rumbai-rumbai itu. Sepeda itu aku dapatkan setelah aku mengalami panas beberapa hari. Memang aku sering lebih dahulu mengalami demam beberapa hari, jika menginginkan sesuatu. Biasanya orang tuaku lelu menanyakan apa kainginanku. Kalau sudah ditanya barulah aku berani menyampaikan apa keinginanku. Termasuk sepeda itu. Suatu hari aku berangkat ke jakarta dengan ibu. Aku duduk di kursi paling depan dengan bus Muncul yang selalu menjadi langganan keluargaku untuk pergi ke Jakarta. Di suatu terminal bus yang aku naiki berhenti disepan sebuah toko. Dari tempat aku duduk terlihat sesuatu dari kaleng berbentuk bulat tergantung di toko itu. Aku tidak mengerti apa sebetulnya barang itu. Yang menarik perhatianku hanyalah rantai yang tergantung pada kaleng itu. Sesampainya di rumah, aku langsung demam hingga beberapa hari. Karena sudah hapal dengan kebiasaanku, orang tuaku menanyakan apa yang aku inginkan. Akupun menyampaikan kalau aku pingin sesuatu yang aku lihat di sebuah kios saat bus berhenti dalam perjalanan dari jakarta. Tentu saja ibuku kebingungan apa yang aku inginkan. Akhirnya ibuku mengetahui bahwa yang aku inginkan adalah roti kaleng regal berbentuk bulat, dan ada gantungan rantainya. Akhirnya kakakku membelikan barang yang kumaksudkan itu. Setelah aku mendapatkan barang itu tentu saja aku tidak tertaring dengan isinya, karena yang aku inginkan hanyalah rantainya saja. Alhasil dari roti yang dibeli hanya rantainya yang aku ambil dan aku pakai untuk mainan. Dan aku langsung sembuh. Itu hanya salah satu kebiasaan yang kuingat pada masa kecil.